SINERGITAS ANGKUTAN KSPN, PEMDA DAN ASITA UNTUK MENARIK WISATAWAN DAN MEMBENAHI ANGKUTAN UMUM DI DAERAH

Newslan.id Semarang _Keberadaan Angkutan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dapat dikembangkan untuk membenahi angkutan umum di daerah wisata. Baik angkutan antar kota/kabupaten (AKDP) maupun di lokasi wisata di daerah. Angkutan KSPN, pengembangan destinasi wisata dan keselamatan transportasi wisata saling bertautan._

Tidak hanya angkutan perkotaan yang banyak tidak beroperasi, angkutan antar kota/kabupaten dalam provinsi (AKDP) juga turut menghilang. Di banyak daerah Bus (AKDP) sudah banyak yang tidak beroperasi. Sama halnya dengan angkutan perkotaan, armada yang beroperasi rata-rata usia sudah di atas batas usia operasi 7 tahun. Jika dipaksakan, para pengusaha lebih memilih menutup trayeknya, ketimbang dioperasikan sangat berisiko keselamatan dan minim penumpang.

Program Angkutan KSPN yang dimulai tahun 2019 dapat dikembangkan sebagai angkutan umum antar kota/kabupaten. Lain halnya dengan angkutan perkotaan (angkot) atau angkudes masih ada yang beroperasi dikarenakan jarak layanan lebih pendek dan kecepatan tidak tinggi.

Berdasarkan data dari Perum Damri (Oktober 2024), saat ini terdapat 34 trayek Angkutan KSPN dilayani 43 armada dengan tingkat isian rata-rata 28,19 persen. Tingkat isian tertinggi trayek Maninjau – Muaro Lasak (Prov. Sumatera Barat) sebesar 79,87 persen. Tingkat isian terendah trayek Terminal Imogiri – Bandara Yogyakarta International Airport (Prov. DI Yogyakarta) sebesar 4,61 persen.

Ada 7 trayek dengan isian di atas 50 persen, seperti Trayek Maninjau – Muaro Lasak (Prov. Sumatera Barat) sebesar 79,87 persen, Muaro Lasak – Pagaruyung sepanjang 82km dengan tingkat isian 71,78 persen, Muaro Lasak – Bukittinggi (63 km; 66,94 persen), Maninjau – Muaro Lasak (58,5 km; 79,8 persen), Muaro Lasak – Pantai Carocok (57 km; 73,4 persen), Taman Sritanjung – Kawah Ijen (55 km; 65,79 persen), Terminal Pacitan – Stasiun Tulungagung (127 km; 76,46 persen), dan Stasiun Madiun – Pantai Klayar (174 km; 71,46 persen).

Baca Juga :   Bank Jateng Friendship Run, Warga Makassar Antusias Lari Bareng Ganjar

Tingkat isian kurang dari 50 persen, hendaknya dilakukan evaluasi dapat ditutup atau dialihkan ke darah lainnya. Ke depan sudah harus memikirkan tidak hanya angkutan KSPN yang melayani point to point atau antar simpul transportasi, namun ikut membenahi angkutan umum di daerah wisata. Belajar dari wisata di Pulau Bali, mengalami kemacaten parah disebabkan angkutan umum punah dan dijejali kendaraan pribadi yang berlebihan. Sebagai daerah wisata, tentunya kurang menguntungkan.

Oleh sebab itu, Program Angkutan KSPN dapat diperluas jangkauannya dengan mengembangkan sekaligus membenahi angkutan umum di daerah wisata, seperti di Pulau Belitung, Balige, Pulau Samosir, Kawasan Borobudur, Parapat, Labuan Bajo, Raja Ampat, Pulau Morotai, Mandalika. Nantinya, angkutan umum yang dibenahi itu tidak hanya melayani pelancong, namun dapat dinikmati warga juga. Keuntungan lainnya, frekuensi ke bandara (misalnya, Labuan Bajo) akan semakin sering. Bandara Komodo terletak tidak jauh dari kota, sehingga trayek angkutan umum yang dirancang juga melayani trayek ke bandara Komodo

Dalam penyelenggaraan angkutan KSPN, terdapat sejumlah kendala (Perum. Damri, 2024), pertama sistem pengadaan layanan Angkutan KSPN masih berupa tender atau lelang tidak penunjukan langsung, sehingga dimungkinkan terjadinya pengoperasian tidak dimulai dari awal tahun. Kedua, lelang dilakukan setiap tahun dan tidak multiyears.

Ketiga, perlunya dukungan multisektoral, seperti Kemenparekraf dan SKPD di daerah terhadap program KSPN untuk mendukung dan mensosialisasikan terselenggaranya angkutan KSPN pada setiap wilayah guna meningkatkan minat wisatawan. Keempat, masih sering terjadinya kelangkaan BBM pada daerah tertentu, sehingga operasional tidak berjalan maksimal. Kelima, dari faktor geografis terdapat daerah-daerah yang memiliki aksesibilitas jalan yang ekstrem dan rawan bencana alam, seperti tanah longsor. Keenam, belum terdapatnya halte khusus KSPN sebagai tempat menaikkan dan menurunkan wisatawan dan belum adanya informasi rute KSPN pada setiap daerah. Ketujuh, jadwal keberangkatan atau _timetable_ masih berubah-ubah (menyesuaikan kedatangan pesawat), sehingga membingungkan wisatawan. Dan kedelapan, belum familiarnya wisatawan dengan adanya tiket online yang bisa dibeli melalui _Apps_ seperti tarveloka atau _DamriApps_.

Baca Juga :   Bupati Pesisir Selatan Harus Berani Tindak Tegas Terhadap Pabrik Kelapa Sawit Yang Nakal.

Kepastian jadwal dan frekuensi perjalanan juga menjadi pertimbangan pilihan bagi pelancong. Di beberapa trayek juga sudah muncul angkutan wisata sejenis yang tarifnya jauh lebih tinggi dan laris. Hal ini dikarenakan keluwesan mengatur jadwal dan frekuensi perjalanan dibuat setiap jam dengan menambah jumlah armada.

*Peran pemda dan ASITA*
Program Angkutan KSPN harus bekerjasama dengan pemerintah daerah dan asosiasi pengelola pariwisata (ASITA). Sesungguhnya, pemda yang sudah ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata oleh Kementerian Pariwisata sangat berkepentingan untuk membenahi angkutan umum di daerahnya. Demikian pula dengan asosiasi pengelola pariwisata untuk memperbanyak jumlah pelancong.

Jangan sampai tujuan membuat Bali kedua, benar terwujud akan tetapi penataan transportasi diabaikan. Destinasi wisata di banyak negara maju, selalu diikuti dengan fasilitas layanan angkutan umum. Lain halnya di Indonesia, ketika membangun destinasi wisata, akses transportasi umum diabaikan. Terkadang lahan parkir lebih luas ketimbang obyek wisatanya, mengistimewakan kendaraan pribai dan akhirnya kemacetan yang muncul menuju destinasi wisata.

Pengembangan destinasi wisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengembangkan destinasi wisata (_tourism development desination_), yakni 5 super prioritas dan 5 prioritas destinasi pariwisata. Kelima super prioritas destinasi wisata, yaitu *Manado-Likupang* di Prov. Sulawesi Utara (Ekowisata Taman Nasional Bunaken; dan Kawasan Pariwisata Bitung-Lembeh, Likupang dan Kota Manada), *Danau Toba* di Prov. Sumatera Utara (Toba; Ekowisata Gunung Leuser dan Kawasan Hutan Aek Nauli; dan Geoprak Kaldera Toba), *Borobudur* di Prov. Jawa Tengah (Ekowisata Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Hutan Pendidikan Wanagama; Kawasan Pariwisata Prambanan-Kalasan, Kota Yogyakarta, Borobudur, Pantai Selatan, Gunung Kidul, Sangiran, Karimunjawa, Dieng; dan Geopark Gunung Sewu, Karangsambung-Karangbolong), *Labuan Bajo* di Prov. Nusa Tenggara Timur (Wisata Bahari Laut Sawu; dan Ekowisata Taman Nasional Komodo dan Kelimutu), dan *Lombok-Mandalika* di Prov. Nusa Tenggara Barat (Wisata Bahari Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan; Ekowisata Gunung Rinjani, Gunung Tambora, dan Gunung Tunak; Kawasan Pariwisata Pantai Selatan Lombok dan Gili Tramena; dan Geopark Rinjani dan Tambora).

Baca Juga :   DPC POSPERA Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Camat Bulok Kabupaten Tanggamus.

Sementara 5 prioritas destinasi pawisata, yaitu *Raja Ampat* di Prov. Papua Barat Daya (WisataBahari Suaka Alam Kepulauan Raja Ampat dan Waigeo Sebelah Barat; Ekowisata Sorong; dan Geopark Raja Ampat), *Morotai* di Prov. Maluku Utara (Kawasan Pariwisata Morotai), *Wakatobi* di Prov. Sulawesi Tenggara (Ekowisata Taman Nasional Wakatobi; dan Kawasan Pariwisata Kendari dan Baubau), *Bromo-Tengger-Semeru* di Prov. Jawa Timur (Ekowisata Bromo-Tengger-Semeru), dan *Bangka-Belitung* di Prov. Kepulauan Bangka Belitung (Kawasan Pariwisata Tanjung Kelayang dan Pangkalpinang-Sungailiat; dan Geoprak Belitong).

_*Djoko Setijowarno*, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat_

Mau Pesan Bus ? Klik Disini