NEWSLAN.ID, TURKI –– Ulama Muslim yang tinggal di AS Fethullah Gulen, yang dituduh oleh Ankara mengatur kudeta yang gagal pada tahun 2016, telah meninggal dunia di pengasingan di Amerika Serikat pada usia 83 tahun, kata gerakannya dan pemerintah Turki pada hari Senin (21/10).
Gulen, yang tinggal di Amerika Serikat sejak 1999, merupakan musuh bebuyutan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menuduhnya memimpin organisasi teroris.
Menteri Luar Negeri Hakan Fidan mengatakan dalam konferensi pers dengan menggunakan istilah Turki untuk gerakan Hizmet Gulen yang berpengaruh di sekolah, bisnis, dan lembaga amal.
“Sumber intelijen kami mengonfirmasi kematian pemimpin organisasi FETO,” kata Hakan Fidan dikutip AFP. Senin (21/10/2024).
Televisi publik TRT Turki mengatakan musuh Erdogan tersebut, yang telah tinggal di Pennsylvania selama seperempat abad dan dicabut kewarganegaraan Turki-nya pada tahun 2017, meninggal di rumah sakit semalam.
Berita tersebut pertama kali dipublikasikan di X oleh Herkul, situs web Gulen yang dilarang di Turki, yang mengatakan ia meninggal pada 20 Oktober.
“Yang terhormat Fethullah Gülen, yang menghabiskan setiap saat dalam hidupnya untuk mengabdi pada agama Islam dan kemanusiaan yang diberkahi, telah meninggal dunia hari ini,” demikian isi unggahan tersebut, seperti yang dilansir AFP.
Gulen pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1999, konon karena alasan kesehatan. Dari sana ia menjalankan Hizmet, sebuah gerakan yang memiliki jaringan sekolah umum yang luas di setiap benua.
Menurut laporan AFP, organisasi tersebut telah lama masuk daftar hitam oleh otoritas Turki yang menyebutnya sebagai FETO, Organisasi Teroris Fethullah (FETO),
“Organisasi ini telah menjadi ancaman yang jarang terlihat dalam sejarah bangsa kita,” kata Fidan, menuduh para pengikutnya digunakan sebagai senjata melawan negara mereka sendiri.
Dan Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc mengatakan perjuangan Turki melawan gerakan tersebut akan terus berlanjut, meskipun Gulen telah meninggal.
“Perjuangan melawan organisasi ini, yang menimbulkan masalah keamanan nasional bagi negara kita… akan terus berlanjut,” tulisnya di X.
Gulen pernah menjadi sekutu yang membantu Erdogan saat ia menjadi perdana menteri di awal tahun 2000-an, Gulen menjadi persona non grata setelah skandal korupsi tahun 2013 mencengkeram lingkaran dalam perdana menteri Turki tersebut.
Awal permusuhan itu bermula ketika Erdogan menyalahkan Gulen dan kemudian mulai menuduhnya memiliki hubungan dengan teroris, mencela gerakan Hizmet yang dipimpinnya sebagai organisasi teroris FETO.
Tuduhan itu ditepisnya, Gulen berulang kali menegaskan bahwa gerakannya yang berpengaruh hanyalah jaringan lembaga amal dan bisnis.
Keadaan memburuk pada tahun 2016 ketika Erdogan menyalahkannya karena mendalangi kudeta yang gagal, yang memicu tindakan keras besar- besaran.
Dilansir AFP, selama pembersihan itu sekitar 700.000 orang diadili dan sekitar 3.000 pengikut Gulen dipenjara seumur hidup karena apa yang dikatakan pihak berwenang sebagai keterlibatan dalam kudeta.
Sebanyak 125.000 orang lainnya dipecat dari lembaga publik, termasuk 24.000 tentara dan ribuan hakim, sementara pihak berwenang menutup lembaga pendidikan swasta, outlet media, dan penerbit.
Turki masih secara rutin menangkap pengikut Gulen di dalam negeri dan menuntut ekstradisi mereka dari negara-negara tempat jaringannya aktif.
Sumber keamanan Turki yang dikutip oleh lembaga penyiaran swasta NTV mengatakan hanya sedikit orang yang diperkirakan akan menghadiri pemakaman Gulen dan jenazahnya kemungkinan akan dimakamkan di AS di lokasi yang akan dirahasiakan.(Ade)