Oleh: Asep Joko Raharjo
Newslan-id Yogyakarta. Suatu saat Sri Sultan pagi-pagi pulang dari Kaliurang dengan mengendarai Mobil Jeepnya sendiri.
Sampai di sekitar Pakem, Sleman beliau di stop oleh perempuan tua, seorang Bakul Beras.
Sri Sultan pun segera memberhentikan mobilnya, seraya menyapa dengan ramah:
“Ada apa mbok..?”
“Tolong mas.., angkatkan beras ini saya mau ke Jogja”, ujar mbok bakul beras sok bersahabat.
Dengan senyum dan tergesa-gesa Sri Sultan turun dari mobilnya, dan mengangkat beras itu ke dalam mobilnya sendirian.
Tanpa dipersilahkan masuk Si Mbok Pedagang beras itu pun segera membuka pintu dan duduk di samping sopir, sebagaimana kebiasaan dia setiap hari dengan sopir-sopir yang lain.
Ceritera kesana kemari, entah apa-apa saja yang di ceritakannya sambil makan sirih. Si mbok disambut dengan ramah oleh Sri Sultan sepanjang perjalanan.
Tanpa terasa sampailah kendaraan yang disopiri seorang “Raja” ini di depan Pasar Beringharjo, Jogjakarta.
Si mbok pun bergegas menyuruh Sri Sultan menurunkan beras itu, dan dengan tetap menunjukkan sikap yang sopan Sri Sultan pun menurunkan beras itu dengan baik.
Kini tiba gilirannya si mbok bakul beras mencari uangnya yang dibundel di selendang atau ujung setagennya.
Ketika si mbok mengulurkan uang ongkos transportnya, sang Sopir istimewa tadi menolak dengan halus, “Terimakasih Mbok, tidak usah” dan mobil pun segera meluncur.
Apa yang terjadi dengan si mbok bakul beras..?
Ia justru malah ngomel-ngomel:
“Sopir ini bagaimana tow, lhawong dikasih ongkos kok ndak mau langsung bablas pergi, kalau kurang mbok yaow ngomong, apa saya dikira ndak punya uang pow?!!”
Ketika sedang sibuk ngomel, datanglah seorang Polisi yang sedang berjaga di pos, menghampiri si mbok bakul, seraya bertanya:
“Mbok ada apa,..? kok sepertinya mboke marah-marah..? Mbok ketemu beliau di mana?”
Si mbok tak menjawab keseluruhan pertanyaan pak Polisi, tetapi rada khawatir juga, dia menyatakan bahwa ia ngasih ongkos kok ditolak,
“Itu tadi lho pak, …Si pak Sopir tadi kok malah nylonong saja, …Saya itu mau bayar, tapi entah kurang bayarannya kok terus pergi begitu saja, saya kan malu,.. sama orang-orang yang jualan di sini,..!
Jawab pak Polisi: “Mbok., tadi yang si mbok tumpangi itu bukan Sopir,.. tetapi Sinuwun Sri Sultan Hamengkubuwono,.. lihat tadi mobilnya kan AB 1”
Spontan mbok bakul beras terperanjat, bagaikan disambar geledek.
Kekagetan yang luar biasa yang tak pernah dialami sepanjang hidupnya, kemudian ia berteriak histeris: “Aduuuh Gustiiiii, …”
Selanjutnya badannya gontai dan terus jatuh pingsan.
Dia merasakan RAJA-nya yang selama ini;
~ sangat dihormati,..
~ sangat dicintai,..
~ senantiasa diagung-agungkan,..
~ kenapa disuruh ngangkat beras,..
~ tambahan.., kenapa beliau mau saja,..
~ kenapa beliau tidak marah,..
~ kenapa tidak membentaknya..
Ini yang menjadikan penyesalan mendalam sang mbok bakul beras sehingga pingsan…!!
Sesuatu yang perlu kita pertanyakan kepada diri kita adalah:
▪️Apakah dengan berbuat seperti itu Sri Sultan turun derajadnya..?
▪️Apakah dengan berbuat seperti itu kecintaan rakyat Jogja terhadap Sri Sultan luntur..?
▪️Apakah perbuatan Sri Sultan membantu orang kecil.., miskin.., menjadi terhina..?
▪️Mutiara sekalipun dimasukkan ke dalam lumpur tetap bersinar cemerlang..!
Semoga bermanfaat.