Newslan-id (Muaro Jambi) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI melalui Direktorat Jenderal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) kembali menggelar Pembekalan Wirawana Wana Budaya untuk wilayah Provinsi Jambi, 29 Juli – 2 Agustus 2024.
Wana Budaya tersebut merupakan Pemajuan Kebudayaan Berbasis Hutan Adat. Dimana target dari kegiatan tersebut adalah untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat, budaya, serta kawasan hutan adat.
Selain itu, Wana Budaya dapat dipahami sebagai suatu upaya pemajuan ekosistem kebudayaan berbasis hutan adat yang dijalankan berlandaskan nilai kearifan lokal demi kehidupan yang berkelanjutan.
Pada kesempatan tersebut, GM Merangin Jambi UNESCO Global Geopark (BP-MJUGGp), Dr. Agus hadir sebagai salah satu narasumber yang menyampaikan materi terkait pentingnya mendukung pemajuan budaya di kawasan geopark di hadapan 160 peserta yang hadir terdiri dari Fasilitator wana budaya dan wira budaya dari 4 kabupaten, Merangin, Kerinci, Bungo dan Sarolangun.
Disampaikan Dr. Agus, Wana Budaya ini dalam rangka menjawab berbagai macam problematika yang timbul ditengah masyarakat adat, mulai dari ancaman kerusakan alam yang diakibatkan oleh pembangunan dan eksploitasi, lunturnya pranata adat, hingga yang utama, semakin berkurangnya pengetahuan serta kepedulian generasi penerus tentang fungsi hutan bagi kehidupan.
Sejalan dengan poin-poin dalam 3 (tiga) pilar utama Geopark yakni, Konservasi, Edukasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, serta penguatan Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan. Dr. Agus mencontohkan praktek baik yang berhasil dilakukan masyarakat adat di salah satu situs Biologi MJUGGp Hutan Adat Depati Karo Tuo Jayo, Serampas, di Rantau Kermas.
Untuk diketahui, bagaimana masyarakat adat Desa Rantau Kermas berhasil menjaga ekosistem hutan adat mereka dan tak hanya itu, mereka saat ini juga surplus sumber listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
Masih menurut GM, program pemerintah terhadap pemajuan budaya di kawasan geopark ini sejalan dengan upaya pencapaian keberhasilan Geopark. Ini bukan hanya pada pemanfaatan sisi kepariwisataan saja, namun lebih penting lagi kepada pembangunan lingkungan.
“Budaya tidak bisa dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari keberadaan Hutan Adat. Kita tahu dan sangat paham, bahwa selama ini keberadaan hutan adat yang ada di beberapa wilayah dalam provinsi Jambi dijaga dengan ketat oleh masyarakat yang memiliki adat budaya yang kuat,” ujar Dr. Agus.
Dapat dibayangkan bagaimana kondisi hutan-hutan adat yang ada, ketika masyarakat sudah mulai meninggalkan budaya yang diwariskan oleh orang-orang tua terdahulu. (dEniRio)