Semarang – Newslan.id – Ada hal unik dan menarik yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang dalam menyambut HUT RI ke-78. Wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menggagas lomba memasak nasi goreng khas Mbak Ita se-Kota Semarang. Melalui lomba masak tersebut, Mbak Ita sapaan akrab wali kota Semarang ingin mempromosikan konsep ketahanan pangan, urban farming, keseimbangan gizi makanan dan penanggulangan stunting kepada masyarakat luas.
“Saya ini ingin menggerakkan agar ibu-ibu itu kembali lagi ke dapur. Caranya dengan mengadakan lomba masak yang mudah-mudah dulu. Nasi goreng siapa sih yang tidak mau,” terangnya pada Rabu (26/7) saat melakukan penilaian plating sebagai rangkaian dari Lomba Masak Nasi Goreng Khas Mbak Ita di Kelurahan Pandean Lamper, Kecamatan Gayamsari.
“Dan dalam nasi goreng itu kan satu piring isinya ada macam-macam (lauk dan sayurnya). Dikolaborasikan dengan urban farming. Memanfaatkan pertanian perkotaan. Jadi dalam susunan menu ada hasil urban farming apa. Pesannya selain memanfaatkan hasil tanaman di sekitar kita juga memasak itu mudah,” imbuh Mbak Ita.
Bukan lomba masak biasa, kriteria nasi goreng khas Mbak Ita harus menerapkan kaidah ‘Isi Piringku’ yaitu 1/3 nasi, 1/3 lauk, 1/6 buah, dan 1/6 sayur. Isi Piringku adalah panduan gizi yang juga menjadi program nasional. Harapannya, para ibu peserta lomba nantinya akan menerapkan kaidah Isi Piringku ketika menyiapkan sajian untuk keluarga di rumah.
“Kita juga mendidik anak-anak agar lebih mencintai masakan rumah agar tidak terbiasa jajan junk food. Nanti presentasinya kita buat youtube, ada yel-yelnya. Kita mengikuti zaman agar seru,” tutur wali kota perempuan pertama di ibu kota Jawa Tengah tersebut.
Mbak Ita beserta jajarannya selalu berupaya mengajak masyarakat Kota Semarang untuk bergerak bersama mensukseskan program-program pemerintah melalui inovasi-inovasi yang unik. Hal ini dilakukan agar program yang ada tetap relevan dan menarik sehingga mendorong partisipasi masyarakat Kota Semarang.
“Tidak menyangka sambutannya luar biasa. Waktu persiapan saya kira seperti lomba-lomba biasa, ternyata masyarakat antusias. Masyarakat senang. Ini menjadi contoh menumbuhkan keguyuban dan kekompakan masyarakat tidak terlalu sulit. Yang penting bagaimana keinginan pemerintah untuk mendorong seperti ini,” tandas Mbak Ita. (Khrisna).