Kemenkes Ungkap Strategi Tangani Dbd, Siapkan Nyamuk Mandul Hingga Vaksinasi


Semarang – Newslan.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI secara resmi telah memulai uji coba atau pilot project dalam menangani demam berdarah dengue (DBD) di Kota Semarang. Adapun uji coba tersebut menggunakan sistem bioteknologi yang disebut Wolbachia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunawan Sadikin mengungkapkan, teknik tersebut bekerja dengan cara memandulkan nyamuk aedes aegypti agar tak dapat menularkan virus DBD yang telah banyak merenggut nyawa.
Budi mengatakan, penyakit demam berdarah jadi salah satu penyakit menular yang cukup tinggi kejadiannya di Indonesia.
“Puncaknya bisa 200 ribu, rata-rata setahun ada 100-150 ribu kasus. Dan kematiannya itu berkisar antara 1000 – 1500. Ada beberapa kota yang tinggi, seperti Bandung, Jakarta, dan Semarang, ada Bontang, itu kota-kota yang tinggi DBDnya,” ungkap Budi di Kantor Kecamatan Tembalang.
Sebagai langkah menuntaskan kasus DBD yang dapat mengancam nyawa, Kemenkes telah menyiapkan strategi, utamanya ialah bioteknologi Wolbachea.
“Strategi pertama adalah ini, rencananya kita akan menggunakan bioteknologi untuk nyamuk yang berpotensi menularkan demam berdarah. Kita buat agar kasarannya mandul lah, jadi dia tidak bisa menularkan virus yang bisa menyebabkan demam berdarah,” kata Budi.
Tak hanya itu, Budi menyatakan bahwa pihaknya juga telah bersiap dengan strategi kedua. Kemenkes telah melakukan penelitian untuk pengembangan vaksinasi DBD yang telah uji coba di DIY. Penelitian tersebut berhasil dan mendapat dukungan donatur dari Indonesia.

“Jadi Jogja itu turun drastis insiden DBDnya. Berdasarkan pengalaman di Jogja, kita mau repalikasi di 5 kota besar plus satu. Kenapa 5 plus satu? Lima dibiayai Kemenkes satunya dibiayai pemerintah Australia,” ungkap Budi.
“Yang biaya Kemenkes itu Semarang, Jakarta Barat, Bontang, kupang, Bandung. Satunya Bali yang biayanya dari Australia,” kata Budi.
Sementara Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berharap , dengan adanya pilot project ini maka kasus DBD akan menurun.
Walikota yang akrab dengan sapaan Mbak Ita ini mengatakan bahwa Kecamatan Tembalang, kemudian Kecamatan Banyumanik menjadi tempat dengan kasus DBD tertinggi Kota Semarang. Bukan tanpa alasan kedua wilayah yang berlokasi di selatan ini menjadi tempat dengan kasus tertinggi.
“Pertama Tembalang, kedua Banyumanik. Yang wilayah pinggiran ini kan padat dan di pinggir, banyak pohon padat, genangan-genangan, sehingga menjadi daerah yang terpapar DBD,” ungkap Mbak Ita.
Mbak Ita berharap, dengan adanya pilot project Wolbachia ini dapat menuntaskan kasus DBD yang terjadi di Kota Semarang. Menurut keterangannya, butuh waktu setelah 6 bulan untuk dapat mengembangkan uji coba Wolbachea ini ke berbagai kecamatan lain di Kota Semarang.
“Ini nunggu enam bulan. Prosesnya kawin dulu, dimandulkan, kemudian jadi telur. Telur jadi jentik itu kan ada dua minggu. Nanti nyamuknya terbang, kawin, kemudian memandulkan yang betinanya. Sehingga butuh enam bulan,” tutup Mbak Ita.

Baca Juga :   Endang Sumantri,SH,M.H. Kepala Dinas Pertanian Bengkulu Tengah
Mau Pesan Bus ? Klik Disini