Newslan.id Merangin. Jika ada perubahan yang amat memukau terjadi di dunia ini, pastilah peristiwa itu berlangsung sekitar 14 abad yang lalu di gurun yang tandus di tanah Arab.
Masyarakat yang dikenal sebagai kaum terbelakang, buta huruf bahkan mungkin keberadaannya dianggap tidak ada, mampu memporakporandakan kekuatan dua kekuatan besar; Romawi dan Parsi dalam waktu amat singkat.
Padahal sebelumnya, dua adidaya itu tidak pernah terkalahkan selama ratusan tahun. Selain itu, masyarakat jahiliyah yang dulunya bergelimang kemaksiatan, mampu “disulap” menjadi bangsa yang berbudaya, mencintai ilmu dan memegang teguh prinsip hidup. Mengapa demikian bisa terjadi?
Setidaknya ada dua penyebab. Pertama, sumber ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah saw berasal dari wahyu Tuhan, bukan pikiran manusia. Jadi tidak mungkin salah. Kedua, Muhammad saw menjadikan masjid sebagai markas untuk membina umat. Masjid menjadi pusat berbagai kegiatan. Dari masjid juga berdirilah sebuah peradaban yang sempurna bernama peradaban Madinah.
Pertanyaannya adalah bagaimana masjid bisa berperan sebegitu jauhnya dalam mengubah masyarakat yang tadinya jahiliah menjadi masyarakat yang penuh dengan kecemerlangan, baik dari segi peradaban, pemikiran maupun kekuatan.
Ternyata fungsi masjid pada zaman Rasulullah yang mulia bukanlah sekedar sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah ritual semata-shalat-tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai madrasah bagi orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran Islam dan bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah, sebagi tempat untuk mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.
Dengan demikian jelas bahwa sejarah telah mengajarkan bahwa jika kita ingin mengembalikan kejayaan peradaban Madinah di muka bumi, maka kita tidak bisa mengabaikan peranan masjid. Kita harus mengisi masjid-masjid kita dengan ruh masjid Nabawi. Masjid Nabawi membangun tiga gerakan besar, yaitu :
Gerakan keilmuan (intelektual), yang ditandai dengan banyaknya ulama salaf yang dilahirkan di sana. Misalnya adanya komunitas ahlush shufah yang melakukan berbagai aktiitas keilmuan dan peribadatan di masjid.
Gerakan spiritual, yang telah melahirkan generasi sahabat sebagai generasi emas yang bertakwa, shaleh, sabar, ikhlas dan berakahlak mulia.
Gerakan sosial (pendidikan dan ekonomi), masjid menjadi tempat mempererat persaudaraan kaum muslimin dalam bentuk ikrar saling menolong dan saling mewarisi, sekaligus di depan masjid Nabawi dibangun pasar kaum muslimin yang mengalahkan ekonomi Yahudi yang telah lama eksis.
Optimasi adalah suatu upaya untuk memfungsikan masjid sebagai tempat yang dapat mengarahkan umat kepada mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Keberhasilan masjid memainkan peranannya yang begitu luas pada masa Nabi SAW, agaknya disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertama, keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada nilai, norma dan jiwa agama.
Kedua, kemampuan pembina masjid menghubungkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid. Ketiga, manifestasi pemerintah terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintah yang menjadi imam khatib maupun di dalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintah dan musyawarah.
Inilah, sebuah tugas yang sangat berat yang telah Allah amanahkan kepada generasi kita saat ini. Tangggung jawab akan kebangkitan kembali peradaban Islam menjadi jawaban terhadap sejumlah permasalahan dan ketertinggalan umat selama ini.
Masjid menjadi bagian yang tidak terpisahkan bahkan diharapkan dapat memainkan peran besar dalam proyek rekonstruksi peradaban Islam tersebut.
Tentunya ia adalah sebuah masjid yang dapat menjawab tantangan kemajuan zaman namun tetap dengan ruh masjid Nabawi. Tentunya keberadaan situs yang memuat data masjid-masjid ini menjadi bagian dari upaya menguatkan potensi umat untuk kebangkitan Islam melalui masjid.(**)
Sumber: Jakarta Islamic Centre