Newslan.id Bogor – KLAPANUNGGAL – Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Bidang Penegakkan Hukum (Gakkum) menggelar Inspeksi Mendadak (Sidak) di lokasi terdampak perusahaan pengolahan limbah PT.PPLI Narogong Klapanunggal Kabupaten Bogor, Kamis (5/6/2024).
Hal itu menyusul adanya keluhan warga melalui surat yang dilayangkan sejumlah LSM salahsatunya LSM Matahari terkait dampak bau limbah yang diakibatkan aktifitas produksi pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari PT.PPLI yang meresahkan warga Desa Nambo Labupaten Bogor, katena bau menyengat selalu tercium oleh warga sekitar.
“Ini tercermin dari respon cepat yang di tunjukkan jajaran KLHK, saat menerima pengaduan dari warga Nambo melalui Pemdes yang diteruskan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor yang sebelumnya dikirim ke KLHK,” ujar Sekjen LSM Matahati, Zeffferi, Jumat (7/6/2024).
Zefferi menegaskan, PT.PPLI harus dapat berlaku adil bagi warga yang terdampak, akibat kegiatan aktifikats produksinya. Sebab, kegiatan pengolahanlimbah B3 tersebut sangat beresiko tinggi terhadap lingkungan, kususnya masyarakat terdampak yang tinggal tak jauh dari lokasi perusahaan.
“Pihak perusahaan harus lebih memperhatikan aspek keadilan, kesehatan. Ini agar simbiosis mutualisme dapat tercipta dengan baik,” ujarnya.
Atas hal itu, kata Zef, KLHK mengutus Bidang Penegakan Hukum (Gakkum) untuk datang langsung ke Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor, dan diterima langsung oleh Nanang selaku kepala desa. Pihak KLHK melakukan investigasi langsung ke wilayah diantaranya di RT 11, 17, dan benar bau limbah juga dirasakan oleh team Gakkum KLHK.
” Iya Benar bau ini sangat menyengat ketika kami dititik lokasi. Adapun saat kami ingin menguji kualitas udara di sekitar, kami terhambat oleh banyaknya pepohonan di sekitar yang masih ribun” ujar Hadi ketua team Gakkum KLHK.
Disinggung langkah apa dari hasil Sidak tersebut, tim Gakkum memaparkan akan memberikan informasi lanjut setelah bukti bukti pengaduan warga tersebut lengkap.
“Mohon ditunggu saja pak, nanti kami infokan selanjutnya,” ujarnya.
Sementara itu, Ata (40) selaku warga Desa Nambo berharap adanya pertanggungjawaban dan penanganan oleh pihak perusahaan terhadap dampak yang ada.
“Jangan hanya kami mencium bau Limbah ini saja, tapi bantuan dari perusahaan juga harus kami rasakan,” kata Ata.
Ia menyebut, sementara ini bantuan dari perusahaan tidak jelas. Baik itu yang mungkin sudah disalurkan melalui Pemdes, warga juga tidak tahu, dan berharap besar kepada perusahaan dan Pemdes untuk lebih transparan memberikan informasi terkait adanya bantuan tersebut.
“Ini agar kami sebagai warga terdampak, tidak hanya terkena dampak bau Limbahnya. Tapi, harus adanya pertanggungjawabannya dari perusahaan” tegasnya.
Sebagai informasi, setelah selesai melakukan investigasi, team kembali ke Kantor Desa Nambo dan melakukan perbincangan dengan Kepala Desa. Dalam perbincangan dan klarifikasinya, pihka Desa sangat menginginkan kontribusi dari PPLI bagi warganya melalui CSR yang nyata secara individu atau perorangan.
Warga berharap mendapatkan bantuan penunjang dari aspek kesehatan, seperti pemberian asupan susu, pemerikasaan kesehatan Puskesmas Keliling di wilayah terdampak, agar dapat diketahui tingkat kesehatan warganya. Serta mendapat kompensasi secara langsung atau perorangan seperti yang ada di wilayah Bantar Gebang Bekasi.
|mrc