Prabowo Arogran Kepada Kyai

Oleh : Rika Sudjiman

Dalam Pertemuan Prabowo dan Kyai Kampung untuk bermujadalah terkait ponpes dan aspirasi seharusnya menjadi ajang penyerapan keinginan warga kecil kepada calon pemimpin. Tetapi berujung pada capres menggurui dan mendebat pertanyaan yang diberikan.

Padahal pertanyaan yang diberikan sangat jelas dan lugas, tetapi jawabannya ngelantur tidak jelas ke mana arahnya. Seperti halnya, ditanya soal masyarakat bisa ekspor singkong alias ketela, bisa bahan mentah ataupun sudah menjadi produk olahan.

Mendengar jawaban Prabowo sendiri bikin geleng-geleng. Padahal tinggal diberitahu membuat regulasi, ekspor lewat pemerintah, perusahaan atau sendiri, dan perizinan seperti apa. Tetapi solusi yang diberikan peningkatan penerimaan, gaji guru, dokter, serta yang lainnya, impor gandum. Apa sih maunya capres satu ini? Persoalan tidak paham, tanggapannya pun ngalor-ngidul enggak jelas.

Parahnya lagi, sebelum memberikan tanggapan. Prabowo mempertanyakan “maksud Ibu apa?”. Ini ajang diskusi untuk memperjelas kegelisahan rakyat, tetapi jadi mencekam. Apakah capres Gemoy ini tersinggung, akibat gagal tanam proyek food estate.

Ditambah saat ditanyai Kyai selainnya, Prabowo justru kekeh dengan ketidakpahamannya dan ngotot sambil membentak, “Kalau tidak mau, tidak apa-apa.” Silakan nilai sendiri, apakah calon seperti ini layak menjadi pemimpin.

Pertanyaan Kyai jelas, mereka tidak mau menerima ikan dan membutuhkan pancing. Seharusnya masyarakat secara luas sudah paham maksud ini. Singkatnya begini, bantuan sembako langsung tidak dibutuhkan alias bisa habis dalam 1 hari saja. Sedangkan kebutuhan rakyat tidak hanya fisiologis saja, bisa Kesehatan, pendidikan serta selainnya. Makanya dibutuhkan pancing alias diberikan pelatihan kemampuan supaya bisa mandiri secara ekonomi.

Ponpes sendiri lebih banyak menekankan kepada pendidikan agama dan pengetahuan umum. Sementara untuk keterampilan apa pun, kurang diberikan. Misalnya saja pelatihan terkait komputer, otomotif, operasional teknologi industri, ataupun wirausaha.

Baca Juga :   Polres Lampung Selatan Gelar Randis, Dalmas dan Peralatan Pertolongan Bencana

Kalau semisal memberikan pelatihan mesin industri, perlu adanya peralatan serta bahan yang tersedia di ponpes. Untuk mendapatkan itu, tidak bisa dipenuhi sendiri. Makanya Kyai meminta bantuan peralatan, bukan makanan. Secara umum kebutuhan santri untuk fisiologis bisa terpenuhi.

Jadi sudah jelas Kyai menginginkan pelatihan untuk kemandirian secara ekonomi. Tetapi, jawaban Prabowo malah begitu. Bagaimana layak menjadi pemimpin, begitu saja tidak paham dan aspirasi Kyai ditolak mentah-mentah.

Apakah ini sebabnya program unggulannya hanya makan gratis. Soalnya sudah banyak pertanyaan dari berbagai kalangan tidak nyambung, antara jawaban dengan persoalan. Parahnya tarian gemoynya digunakan untuk menutupi kesalahan sanggahan yang diberikan. Mungkin ketika tersinggung soal singkong, mainnya ancam-ancam begitu, supaya tidak ditanyakan kembali. Sudahlah, apa yang diharapkan dari capres Prabowo ini.

Sudahlah, tidak ada harapan lagi untuk capres Prabowo ini. Aspirasi masyarakat sudah ditolak mentah-mentah, kegelisahan warga tidak dijawab, dan parahnya solusinya hanya makan gratis yang selalu ditekankan.

Parahnya juga di depan para perkumpulan Kyai tidak memberikan sikap hormat, justru bertindak seperti arogan, main ancam-ancam serta sok paling berkuasa. Intinya Prabowo hanya memberikan bantuan makanan gratis saja, kalau tidak mau tidak apa-apa. Jangan meminta bantuan selainnya, karena tidak akan diberikan.