Newslan.id – Semarang – Setelah dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun, industri kecil menengah (IKM) di Kota Semarang kini mulai menggeliat dan membantu dalam mengangkat perekonomian.
Namun pada tahun 2023 mendatang, diprediksi akan terjadi resesi, untuk itu Pemkot Semarang meminta agar dinas terkait atau organisasi perangkat daerah (OPD) bisa melakukan percepatan, terutama membantu pelaku IKM untuk bisa naik kelas.
“Langkah yang kita lakukan tentu harus ada percepatan, dinas harus melakukan perubahan. Apalagi secara umum pemerintah sudah memberikan kemudahan. Jadi bagaimana kita gerak cepat untuk melakukan penanaman, serta pengolahan,” kata Plt. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Mbak Ita sapaan akrabnya, meminta pelaku usaha untuk siap dan mengantisipasi dampak yang ada. Jika ancaman resesi adalah kelangkaan energi dan pangan, maka harus dilakukan langkah percepatan pertanian secara modern.
“Misalnya dari segi pengolahan makanan, bagaimana membuat makanan awet saat panen, dan dibuat jangka panjang untuk digunakan saat resesi terjadi,” bebernya.
Alternatif bahan makanan lainnya pun harus dimanfaatkan saat terjadi kelangkaan. Apalagi jika resesi terjadi Pemerintah tidak bisa melakukan impor ataupun ekspor bahan makanan. Sebut saja tepung terigu, saat ini lanjut Ita, masyarakat tidak sadar harga mie instan mengalami kenaikan karena harga bahan dasar berupa tepung terigu mengalami kenaikan.
“Mungkin kita mampu beli, tapi kalau barangnya nggak ada gimana? Jadi harus ada alternatif lain, misalnya menggunakan jenis tepung lainnya. Hulu dan hilir ini harus berjalan berkesinambungan, OPD juga harus berjalan sesuai tupoksinya,” tambahnya.
Mbak Ita juga meminta agar Dinas Perindustrin memperbanyak acara Temu Usaha Industri ini, misalnya setiap tiga bulan sekali. Pasalnya industri terus mengalami perubahan setiap waktu atau dinamis, termasuk dari segi selera, model, taste dan lainnya. Belum lagi lagi, lanjut Ita terkait selera pasar luar negeri.
“Harus dibuat rutin, minimal tiga bulan sekali. Selain itu saya minta untuk mengajak perbankan, lembaga pendampingan ekspor dan lainnya. Juga bisa dibuat bisnis matching, untuk mengundang buyer ataupun customer IKM untuk langkah real kedepannya,” kata mbak Ita.
Pemkot kata dia, tentu siap memfasilitasi pelaku IKM. Apalagi saat ini Disperin telah memiliki sentra industri logam di Kawasan Industri Wijaya Kusuma. Belum lagi akan ditambah sentra lainnya, seperti sentra batik di Kampung Malon Gunungpati. Sasarannya tentu untuk mengangkat pelaku usaha masuk ke pasar internasional.
“Misalnya jika dibutuhkan perbankan, kita kan punya koneksi dengan himbara. Apalagi ekspor ini kan nggak harus satu kontainer ya, bisa juga bekerjasama dengan air lines. Jadi bagaimana yang dibutuhkan untuk membuka pasar itu,” pungkasnya.
Sementara Kepala Disperin, Tri Supriyanto menerangkan, jika kegiatan temu usaha ini dibuat agar dinas bisa mengetahui progres dari para pelaku usaha. Apalagi IKM di Kota Semarang sudah memiliki nama di kancah nasional.
“Rencananya kita akan lakukan lagi sesuai saran Bu Ita yakni tiga bulan sekali, karena regulasi terus dinamis dan berubah setiap saat bahkan setiap bulan,” kata Tri Supriyanto .
Menurut Tri Supriyanto, IKM di Ibu Kota Jateng punya peran penting dalam bangkitnya perekonomian pasca Pandemi Cover-19, karena pelaku industri tetap tumbuh meskipun di masa sulit dan tak lepas dari kolaborasi yang dilakukan Pemkot, yang menggandeng stakeholder terkait.
“Perekonomian ini kan kompleks ya, salah satunya industri. Seperti dibuatnya sentra IKM Logam dan sentra Batik di Malon. Selain industri batiknya, juga bisa mengangkat sektor lainnya,” kata Tri Supriyanto.(Khrisna)