SURABAYA – Newslan.id – Universitas Surabaya (Ubaya) kembali menggelar studium general dengan mengundang sejumlah tokoh bangsa. Kali ini, Ubaya mengundang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai pembicara.
Dalam diskusi yang digelar di gedung Perpustakaan Ubaya, Jumat (20/5) itu, Ganjar menyampaikan sejumlah topik tentang tantangan masa depan bangsa. Mulai politik pangan, suasana geopolitik dunia, bonus demografi, kemajuan teknologi, hukum, hingga intoleransi dan radikalisme.
Meski ilmiah dan dihadiri sejumlah mahasiswa, civitas akademika dan tokoh masyarakat, suasana diskusi berlangsung santai. Beberapa kali, Ganjar melontarkan guyonan-guyonan yang membuat para peserta tertawa.
Namun beberapa kali, Ganjar terlihat serius. Misalnya saat ditanya persoalan intoleransi dan radikalisme yang terjadi di Indonesia saat ini oleh salah satu peserta diskusi, Ganjar menerangkan dengan penuh semangat dan tanpa canda.
“Pak Ganjar, saya resah dengan intoleransi dan radikalisme yang marak terjadi saat ini. Bahkan, anak-anak sudah banyak yang terkena aliran ini. Saya punya pengalaman, ada siswa SD dia tidak mau main ke rumah temannya hanya karena ada gambar salibnya. Dan itu katanya diajari oleh gurunya,” kata Ines, salah satu peserta diskusi.
Ganjar mengacungkan jempolnya. Ia menegaskan, persoalan intoleransi dan radikalisme memang menjadi persoalan serius bangsa Indonesia. Sudah banyak bangsa yang hancur karena masalah ini.
“Jangan anggap remeh masalah ini. Ibu betul, ini persoalan serius. Karena sebagus apapun kita mempersiapkan masa depan bangsa ini, kalau dibawahnya dirongrong oleh intoleransi dan radikalisme, pasti hancur,” tegasnya.
Soal intoleransi dan radikalisme ini menjadi salah satu konsen Ganjar selama menjadi Gubernur Jateng. Seluruh pejabat, ASN hingga kepala sekolah diminta tandatangan pakta integritas setia pada Pancasila dan NKRI.
“Saya pernah mecat kepala sekolah gara-gara persoalan ini. Ini tidak main-main, karena dunia pendidikan sudah disusupi oleh mereka, sehingga kita harus melakukan proteksi dan tindakan antisipasi,” ucapnya disambut tepuk tangan para peserta.
Selain intoleransi dan radikalisme, Ganjar juga cukup serius membahas soal kedaulatan Bangsa Indonesia. Ia menegaskan, bangsa Indonesia harus percaya diri, berdikari dan tidak bergantung pada negara lain.
“Seperti kata Bung Karno, kita harus menjadi bangsa yang berdaulat di segala bidang. Kita harus percaya diri, kita bisa menjadi bangsa besar,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor Ubaya, Benny Lianto mengatakan, sejak tahun 1966 Ubaya selalu mengundang tokoh nasional mengisi kuliah umum. Dan dalam kuliah umum itu, selalu dibahas terkait perjalanan bangsa sekaligus mencari solusi dalam persoalan yang ada.
“Kami mengundang banyak tokoh, misalnua KH Andurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo dan lain sebagainya,” katanya.
Undangan untuk Ganjar Pranowo lanjut Benny juga bukan tanpa alasan. Ganjar diundang karena diperkirakan akan ikut memberi warna dalam arah Indonesia ke depan.
“Gagasan pak Ganjar Pranowo terkait bangsa ini, rasanya perlu kita dengarkan bersama. Selain pak Ganjar, ke depan kami juga akan mengundang tokoh lainnya untuk berdiskusi bersama,” pungkasnya.(khr)