Semarang – Newslan.id – Bank Indonesia (BI) menyebutkan perekonomian Jawa Tengah (Jateng) pada triwulan I (Januari-Maret) 2022 tumbuh 5,16%.
Menurut Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwisaputra, inflasi Jateng lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,01%.
Namun Rahmat mengatakan inflasi triwulan I 2022 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,42 persen . .
Meskipun melambat lanjut Rahmat, namun pertumbuhan positif tersebut mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi Jateng masih terus berlanjut.
Berdasarkan sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jateng didorong oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri.
Sedangkan dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi ditopang oleh industri pengolahan, pertanian, serta transportasi dan pergudangan.
”Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,30 persen didorong oleh persebaran Covid-19 yang terkendali, peningkatan pencapaian vaksinasi dosis lengkap, dan percepatan vaksin booster,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Rahmat kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia juga turut mendorong perbaikan konsumsi masyarakat, antara lain berupa relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan low cost green car (LCGC) sebesar 100% dan non LCGC sebesar 50%.
Penetapan kebijakan loan to value (LTV) sektor properti dan kendaraan bermotor yang akomodatif, serta Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pembelian properti sebesar 50% hingga Juni 2022, juga mampu mendorong konsumsi rumah tangga.
”Kinerja ekspor luar negeri nonmigas masih tumbuh tinggi, yaitu 28,23 persen, namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 55,43 persen,” katanya.
Perlambatan ekspor dipengaruhi kenaikan harga komoditas dan perlambatan permintaan eksternal pasca Natal dan Tahun Baru, serta penurunan daya beli masyarakat dunia di tengah peningkatan inflasi dan eskalasi tensi geopolitik Rusia-Ukraina.
Ke depan, imbuh Rahmat, pemulihan ekonomi Jateng diprakirakan masih berlanjut dengan didukung oleh percepatan vaksinasi, pandemi Covid-19 yang semakin terkendali, dan peningkatan mobilitas masyarakat.
Perbaikan ekonomi diperkirakan tidak sekuat perkiraan sebelumnya, disebabkan kenaikan harga energi dan pangan global sebagai dampak eskalasi tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan permintaan eksternal menjadi lebih rendah.
“Sumber pemulihan ekonomi di 2022 diperkirakan akan lebih ditopang oleh permintaan domestik. Dengan demikian, upaya pemulihan ekonomi lebih lanjut memerlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi agar tetap kondusif,” ujarnya.(khr)